MEMUDARNYA BAHASA WOLIO SEBAGAI IDENTITAS KEBUTONAN
oleh : Amin Rakil

Budaya merupakan suatu kebiasaan yang dimiliki masyarakat tertentu dan selalu diwariskan dari generasi ke generasi, memberikan identitas terhadap suatu kelompok masyarakat dan memiliki keunikan tersendiri. Budaya terbentuk dari berbagai unsur yang kuat dari bahasa, politik, adat istiadat, dan agama serta karya seni. Budaya sangat mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia, dan seiring berjalannya waktu, budaya bersifat kompleks, abstrak, serta luas dalam peradaban manusia.
Indonesia sebagai negara kepulauan adalah bangsa yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya serta daya tarik tersendiri di mata dunia. Masuknya perkembangan teknologi dan budaya asing sangat memberi pengaruh besar pada lunturnya kebudayaan nusantara di kalangan masyarakat dan anak bangsa. Kerjasama dari berbagai kalangan dalam melestarikan kebudayaan nusantara beserta nilai-nilai luhur dapat dirujuk untuk membangun karakter dan moral bangsa. Salah satu budaya kearifan lokal yang menjadi keunikan dan kekhasan tersendiri adalah bahasa daerah.
Salah satu cara generasi muda mempelajari budaya dan bahasa daerah adalah dengan mencoba berkomunikasi dengan orang dari budaya yang berbeda dan mampu menyesuaikan perbedaan tersebut. Membiasakan diri menggunakan bahasa daerah bersama teman dalam berbicara juga menjadi salah satu cara agar bahasa lokal tetap terjaga. Kini bahasa daerah menjadi sesuatu yang asing di kalangan masyaraka dan tidak bisa dipungkiri bahwa bahasa yang menjadi keunikan bangsa sudah memudar dikalahkan generasi muda.
Berdasarkan hasil riset dari beberapa peneliti, salah satu faktor yang menyebabkan terkikisnya penggunaan Bahasa Daerah yakni besarnya dampak arus global. Dalam bidang ekonomi, sosial dan politik seseorang cenderung menggunakan bahasa lain, hal ini dibentuk semata-mata hanya untuk memenuhi berbagai kepentingan. Selain itu, modernisasi teknologi juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penggunaan bahasa daerah. Contohnya, Gawai yang canggih seperti smartphone mengurangi mobilitas seseorang dalam bersilaturahmi secara langsung sehingga mengakibatkan jumlah penutur bahasa daerah menurun.